Pages

Jumat, 14 Desember 2012

MUFC Era Sir Alex Ferguson dalam Perspektif Siklus Bisnis


Sir Alex Ferguson, sebuah nama dan sosok fenomenal yang telah memimpin MUFC selama seperempat abad lebih  ini telah banyak menghadirkan gelar dan cerita dibalik pencapaian gelar tersebut. Bagi setiap fans yang mungkin seumur dengan saya pastinya belum pernah melihat sosok manajer lain yang memimpin MUFC pada setiap pertandingannya selain dari seorang Sir Alex Ferguson. Saya sendiri kadang bahkan seringkali berpikir apakah jadinya nanti MUFC tanpa seorang Sir Alex Ferguson? Apakah akan bernasib seperti Liverpool yang terus “terjebak” dalam euforia masa lalu? atau MUFC akan tetap menjadi MUFC seperti sekarang terus berhasil mempertahankan kedigdayaannya dalam kompetisi English Premier League? Yah istilah kerennya mungkin “Only Heaven Knows”
Bicara tentang seorang Sir Alex Ferguson rasanya selalu banyak cara dalam melihat perjalanan kepemimpinannya di MUFC sejak 26 tahun silam, dan kali ini sebagai seorang yang selalu bertemu dengan hal-hal berbau ekonomi dan bisnis dalam keseharian sejak bangku kuliah hingga dunia kerja saya tertarik mencoba untuk membahas perjalanan seorang Sir Alex Ferguson dalam perspektif bisnis tepatnya dalam suatu siklus bisnis.
Siklus bisnis yang dalam istilah inggrisnya sering disebut dengan Business Life Cycle atau ada juga yang menyebut sebagai product life cycle ataupun industry life cycle, semuanya memiliki persamaan dimana suatu entitas bisnis memiliki 4 fase dalam perjalanan “hidup” nya. Dimulai dari fase perkenalan (Introduction), fase perkembangan (Growth), fase puncak (Maturity) dan fase penurunan (Decline).
MUFC selain sebagai suatu klub sepakbola tentunya juga bisa kita anggap sebagai suatu entitas bisnis karena MUFC sendiri menghasilkan laba setiap tahunnya. Terakhir jika saya tidak salah MUFC masih berada di posisi kedua dibawah Real Madrid sebagai entitas bisnis terkaya dalam bidang sepakbola. Dengan melihat itu rasanya cukup relevan jika kita melihat perjalanan MUFC di era Sir Alex Ferguson dalam sudut pandang siklus bisnis.

Dalam keterangan gambar diatas kita dapat melihat pergerakan setiap fase dalam siklus bisnis yang seperti saya kemukakan diatas. Fase pertama yang dimulai dengan fase perkenalan (introduction) adalah fase awal dimana sebuah entitas bisnis baru saja akan mulai memperkenalkan dirinya, fase ini terjadi pada MUFC era Sir Alex Ferguson di tahun 1986 hingga 1992. Inilah awal perjalanan kepemimpinan seorang Sir Alex Ferguson di MUFC, pada saat itu kualitas MUFC hanya terkenal sebagai sebuah tim spesialis piala FA bahkan mungkin saja MUFC tidak akan sebesar saat ini jika saja tidak ada gol Mark Robins di awal 1990 yang menyelamatkan karir seorang Sir Alex Ferguson di MUFC ketika melawan Nottingham Forest.
Fase kedua adalah pertumbuhan (Growth), fase ini adalah fase paling produktif dan menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi suatu entitas bisnis. Pada fase ini suatu entitas bisnis mulai banyak dikenal orang dan mampu membuat orang-orang tertarik pada entitas bisnis tersebut. Pada MUFC era Sir Alex Ferguson terjadi pada rentang waktu 1993 hingga 1999. Pada masa inilah seorang legenda yang terus dikenang oleh banyak fans MUFC hingga saat ini karena aksi-aksi gemilangnya di lapangan dan cerita kontroversialnya diluar lapangan yaitu Eric “The King” Cantona yang mampu menancapkan suatu mental juara ke dalam darah skuad MUFC. Ditambah lagi ketika sekumpulan anak muda di tahun 96 berhasil membungkam seorang pundit yang merupakan ex-Liverpool yaitu Alan Hansen yang meremehkan MUFC dengan mengatakan “You’ll never win anything with kids” dan diakhir musim 96 dapat mempersembahkan double winner (Liga dan piala FA) bagi MUFC, ini lah sekumpulan anak muda yang kita kenal sebagai “Class Of 92” yang ceritanya terus berlanjut hingga kemenangan fantastis dan dramatis di Camp Nou 99 menghadapi Bayern Munich dan akhirnya mempersembahkan treble winner bagi MUFC. Saya sendiri jatuh hati pada MUFC di masa ini, yaitu di season 1996-1997 tepatnya semifinal UCL leg 2 saat menghadapi Borrusia DortMund.
Fase ketiga yaitu fase puncak (Maturity) adalah fase suatu entitas bisnis yang sudah dikenal banyak orang sebagai pemimpin dalam industrinya. Produknya sudah dikenal luas oleh banyak pihak namun pertumbuhan keuntungan pada fase ini tidak sehebat pada fase Growth, di fase ini keuntungan bisa dibilang hampir stagnan tidak banyak perubahan berarti. Fase Maturity terjadi setelah keberhasilan MUFC di tahun 99 hingga datangnya sang “Roman Emperor” di london biru di tahun 2003. Setelah menjuarai treble winner di season 1998-1999 MUFC menjadi terkenal ke seluruh dunia dan semakin banyak fans-fans baru yang terpesona kehebatan skuad Sir Alex Ferguson di masa itu yang ditambah dengan ketampanan seorang David Beckham :D . Ini lah puncak kehebatan MUFC saat itu yang bertahan hingga season 2002-2003 dimana berhasil mempertahankan juara EPL “three in a row” dan hanya sekali tergelincir di tahun 2001-2002 yang dikalahkan oleh Arsenal. MUFC mungkin memang masih banyak berprestasi di masa itu tapi tidak ada regenerasi baik yang berasal dari akademi maupun pembelian pemain muda yang memiliki prospek yang baik sehingga skuad MUFC pada saat ini hanya bertumpu kepada pemain yang itu-itu saja.
Fase terakhir yaitu fase keempat adalah fase penurunan atau fase decline. Pada fase ini suatu entitas bisnis akan mulai mengalami penurunan keuntungan dan akibat yang terburuk adalah kebangkrutan apabila tidak bisa melakukan perbaikan terhadap produk-produk mereka. Datangnya sang “Roman Emperor” dengan kekuatan finansial yang berlimpah di musim 2004-2005 mampu merubah Chelsea FC menjadi tim kaliber dunia, dengan para pemain-pemain top dunianya akhirnya mampu menggoyang kedigdayaan MUFC yang kesulitan mencari seorang pengganti bagi Peter Schemichel dan ditambah dengan kepergian sang ikon David Beckham ke Real Madrid membuat MUFC tidak berdaya selama 3 musim hingga musim 2005-2006. Beruntung Sir Alex bertindak cepat dengan menyiapkan para punggawa baru seperti duo anak muda yang kini menjadi pemain-pemain terbaik dunia Wayne Rooney dan Ronaldo, sang pembunuh dari Serbia Nemanja Vidic, bek kidal Les Blues Patrice Evra dan sorang asia Park Ji-sung yang berhasil menyelamatkan MUFC dari kehancuran dan kembali merajai English Premier League di musim-musim berikutnya.
Dalam siklus bisnis ketika suatu entitas bisnis berhasil selamat dari fase decline dengan melakukan pembaharuan produk maka siklus akan kembali berulang mulai dari fase pertama yaitu fase introduction. Tidak seperti siklus sebelumnya di MUFC ,siklus bisnis (prestasi) MUFC pada akhir-akhir ini terjadi lebih cepat dimana jika siklus sebelumnya terjadi antara 4-6 tahun pada setiap fase nya maka pada siklus baru ini terjadi hanya 1-2 tahun pada tiap fase.
Setelah berhasil melakukan regenerasi melalui pembelian pemain-pemain baru MUFC memasuki fase perkenalan (introduction) yang baru di musim 2005-2006 di mana para pemain-pemain baru seperti yang saya sebutkan diatas baru mulai “berkenalan” dan perkenalan tersebut cukup cepat dimana MUFC masa itu berhasil finish di posisi runner up di belakang Chelsea FC. Fase Growth terjadi dari musim 2006-2007 hingga musim 2007-2008, dua musim berturut-turut para pemain baru seperti Wayne Rooney dan Ronaldo menjelma dari seorang pemain muda menjadi pemain kelas dunia melalui kerjasama dan gol-gol mereka. Dan puncaknya yaitu ketika meraih double winner EPL dan UCL di musim 2007-2008 dan menobatkan Ronaldo sebagai pemain terbaik dunia. Setelah musim 2007-2008 tersebut hingga tahun ini MUFC dapat saya katakan sedang berada pada fase maturity dari sebuah siklus bisnis yang cepat. Dimana MUFC saat ini masih dapat berprestasi dengan 2 kali menjadi finalis UCL dan tahun lalu baru saja mengikat gelar sebagai yang terbaik di Inggris dengan raihan EPL yang ke 19 nya.
Namun jika kita melihat skuad MUFC yang ada sekarang ini saya merasa kita sebagai fans harus bersiap-siap memasuki fase declining. Skuad yang itu-itu saja minim regenerasi, banyak pembelian sia-sia hingga penarikan kembali seorang Paul Scholes dari pensiunnya yang menjadi alasan saya mengatakan kita harus siap melihat MUFC ke fase penurunan. Belum lagi kenyataan semakin menuanya seorang Sir Alex Ferguson membuat “time bomb” menjadi semakin cepat meledak jika tidak sesegera diatasi. Di awal musim saya cukup terkesan dengan gemilangnya penampilan para pemain muda seperti Welbeck, Jones, Smalling ,Anderson dan De Gea ketika membalikkan City di Community Shield dan membantai Arsenal di liga membuat saya teringat regenerasi dari “Class of 92” menjadi generasi “Rorovievpa” (Ronaldo-Rooney-Vidic-Evra-Park) :D namun nyatanya hingga menjelang akhir musim penampilan di awal musim hanya menjadi euforia sesaat. Terbukti walaupun tetap berada di puncak EPL hingga saat ini tapi ketika bertanding di level internasional MUFC kewalahan walaupun hanya menghadapi tim-tim sekelas Basel FC dan Athletic Bilbao. Jadi sudah siapkah menyambut fase penurunan dari MUFC? Apapun jawabannya sebagai fans kita hanya dapat percaya pada semboyan “SAF Knows Best”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar